JAKARTA – Suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun ini akan mengalami penurunan meski tidak signifikan. Kementerian Koordinator Perekonomian mencatat, suku bunga KUR mikro turun dari 22% menjadi 20–21%.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, keputusan penurunan suku bunga KUR berdasarkan hasil rapat Tim Pelaksana tanggal 12 September 2011 dan 6 Januari 2012. Selain KUR mikro, pemerintah juga menurunkan tingkat suku bunga KUR ritel dari 14% menjadi 12–13% per tahun.“Perubahan suku bunga ini juga diikuti dengan perubahan MoU,PMK,dan SOP,” ujar Hatta di Jakarta kemarin. Hatta mengatakan, dengan penurunan suku bunga KUR, target penyaluran tahun ini sebesar Rp30 triliun diharapkan bisa terwujud.
Selain itu, pemerintah juga menambah bank yang menjadi penyalur KUR. Menurut Hatta,mulai tahun ini BNI Syariah dan 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD) akan masuk sebagai penyalur KUR. Dengan demikian, total ada 33 bank penyalur KUR antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank MandiriTbk, PT BankTabung-an Negara Tbk (BTN),PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bukopin Tbk, dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM),serta 26 BPD. HattamemintatahuniniBRI diharapkan bisa menyalurkan KUR sebesar Rp15 triliun atau 50% dari total KUR yang ada.
Untuk itu, BRI harus meningkatkan aksesilitasnya hingga daerah-daerah pedesaan.Sebagai catatan, tahun lalu BRI mampu menyalurkan KUR lebih dari Rp16,7 triliun dari target Rp10 triliun.“Target kita di tahun 2012 adalah peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap KUR dan BRI akan meningkatkan kantor-kantor sampai masuk ke daerah-daerah pedesaan,”tutur Hatta. Mantan menteri perhubungan tersebut mengungkapkan, penambahan 13 BPD dimaksudkan untuk membuka peran sebesar- besarnya bagi setiap daerah dalam penyaluran KUR sekaligus meningkatkan aksesibilitas terhadap KUR.
Terlebih, tahun lalu,ke-13 BPD mampu menyalurkan kredit hampir Rp3,7 triliun. “Dari data yang ada rata-rata BPD memberikan kredit ritel kepada nasabahnasabah kita dan rata-ratanya di atas Rp20 juta,”ujarnya. Untuk penyaluran KUR 2011, Hatta mengungkapkan realisasinya mencapai Rp29 triliun atau jauh melebihi sasaran yang ditetapkan sebesar Rp20 triliun. Realisasi KUR tahun lalu juga meningkat 68,6% dari penyaluran tahun 2010 yanghanya mencapaiRp17,2triliun.
Sektor perdagangan,restoran, dan hotel masih mendominasi penerima KUR (43%) disusul dengan sektor pertanian dan perikanan (16,9%), sektor hulu terintegrasi (14,8%), dan sektor lainnya (13,7%). “Dari sektor hulu itu akan berkembangtumbuhtidakhanya usahausaha mikro tapi akan tumbuh menjadi yang bankable atau yang menuju kepada komersial,” papar Hatta. Untuk kategori daerah penerima KUR, Jawa Timur menempati posisi pertama dengan total penyaluran KUR Rp9,8 triliun (15,5%), diikuti dengan Jawa Tengah (Rp9,2 triliun) dan Jawa Barat (Rp8,3 triliun).
Sejak disalurkan pada 2007 silam,realisasi KUR telah mencapai Rp63,4 triliun dengan jumlah debitur mencapai 6 juta UMKM (usaha mikro, kecil,dan menengah) dan tingkat kredit bermasalah atau non permorfing loan(NPL) rata-rata sebesar 2,1%. Selain meningkatkan jumlah kredit dan bank penyalur, tahun ini pemerintah juga akan menambah perusahaan penjamin. Bila tahun lalu hanya ada dua penjamin,yaitu PT (persero) Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), maka mulai tahun depan akan masuk PT Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Jatim.
Direktur Utama BRI Sofyan Basir membenarkan kalau instansi yang dipimpinnya akan menjadi penyalur utama KUR tahun depan dengan jumlah kredit Rp15 triliun.“Ya,tahun ini kita akan menyalurkan Rp15 triliun,” papar Sofyan.
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/459311/