Ketika KOMIRA kesulitan memenuhi persyaratan agunan kredit dari BNI, Yusuf Ramli ingat Perum Jamkrindo. Kredit koperasi perikanan sebesar Rp10 miliar ini bisa segera cair lantaran dijamin oleh Perum Jamkrindo. Selanjutnya, KOMIRA bisa mengembangkan bisnis dan terus tumbuh besar.
SEKITAR 2014, Koperasi Masyarakat Maritim Indonesia (KOMIRA) membutuhkan modal investasi tambahan sebesar Rp10 miliar. Dana tersebut sedianya akan digunakan untuk mengembangkan sektor kemaritiman yang selama ini jadi fokus garapan KOMIRA.
Sebagai salah satu operator Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), KOMIRA membina para nelayan di delapan titik lokasi penangkapan dan pengepulan ikan laut di : Kendari, Banggai, Manado, natuna, Pelabuhan Ratu, Ambon, Makasar dan Surabaya.
SLIN merupakan program pemerintah dengan tiga tujuan: meningkatkan kapasitas dan stabilisasi system produksi dan pemasaran perikanan nasional; memperkuat dan memperluas konektivitas antara sentra produksi hulu, produksi hilir dan pemasaran secara efisien; meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasokan ikan, bahan dan alat produksi, serta informasi dari hulu sampai hilir.
Untuk itu, pihak manajemen koperasi mengajukan kredit ke Bank Negara Indonesia (BNI). Namun terhalang persoalan agunan. “Nilai agunan kita kurang,” ujar Ketua KOMIRA, Yusuf Ramli.
Beruntung, di saat sulit, Yusuf ingat Perum Jamkrindo. Yusuf pun lantas mendatangi kantor Perum Jamkrindo untuk meminta dukungan. Hasilnya, Perum Jamkrindo bersedia jadi penjamin kredit KOMIRA. Dan selang beberapa hari, kredit tersebut cair.
“Peran Perum Jamkrindo sebagai penjamin kredit sangat mendukung dalam membuka berbagai peluang bisnis KOMIRA,” ucap Yusuf.
Hubungan KOMIRA dengan Perum Jamkrindo sesungguhnya sudah terjalin lama. “Sejak Perum Jamkrindo masih bernama Perum Pengambangan Keuangan Koperasi (Perum PKK),” kenang Yusuf Ramli.
Tahun 90-an, Yusuf Ramli mengumpulkan sejumlah nelayan di Jakarta untuk mendirikan koperasi. Perkenalan dengan PKK tidak secara langsung, karena pinjaman yang diperoleh pertama kali disalurkan melalui Koperasi Al Islah. Sebesar Rp75 juta pada 1997.
Baru pada 1998, KOMIRA mengakses langsung ke Perum PKK dan berhasil mendapat pinjaman bagi hasil senilai Rp150 juta. Sukses mengembalikan pinjaman tahap pertama, KOMIRA kembali mendapat pinjaman tahap berikutnya senilai Rp700 juta. Naik drastis dan juga berhasil dikembalikan tanpa kendala. Berdasarkan catatan baik itu, PKK kembali mengucurkan pinjaman bagi hasil dengan nilai lebih besar lagi, yakni Rp1,2 miliar.
Sepanjang hayat Perum PKK, KOMIRA telah mencatat tiga kali kerjasama bagi hasil dengan proses pengembalian tanpa masalah. Pinjaman tersebut digunakan untuk modal kerja dan investasi. Peningkatan nilai pinjaman bagi hasil ini menunjukkan bukti kesuksesan KOMIRA dalam membina dan mengembangkan usaha anggotanya.
Bagi Yusuf, keberhasilan yang dicapai koperasinya tidak terlepas dari bantuan Perum PKK yang kini berubah jadi Perum Jamkrindo. Karena itu, sangatlah wajar jika ia mengungkapkan bahwa KOMIRA juga milik Perum Jamkrindo.
“Karena di samping menyalurkan pinjaman bagi hasil, saat itu Perum PKK juga memberikan pendampingan, bahkan sampai membantu membuat pembukuan,” ungkap Yusuf.
Modal yang disalurkan Perum PKK membuat KOMIRA berhasil mengembangkan usahanya dari nol dan terus berkembang hingga bisa berhubungan langsung dengan pihak bank, terutama BNI. Setelah tiga kali mendapat pinjaman bagi hasil, hubungan kerjasama bisnis tidak terjadi lagi. Namun koperasi ini tetap menjalin komunikasi dengan Perum PKK.
Diakui oleh usuf, kenangan itulah yang membuatnya terus teringan Perum Jamkrindo. Terlebih ketika kesulitan mengajukan kredit ke bank lantaran kekurangan agunan.
Kini, KOMIRA telah menjelma sebagai koperasi besar dengan skala usaha yang besar pula. Bahkan bisa bersaing dengan usaha besar sejenis. Jumlah nelayan tangkap dan pemindang ikan yang menjadi binaannya sudah lebih dari 1.000 orang yang tersebar di berbagai lokasi di Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku dan banyak lokasi sentral nelayan di Tanah Air.
Usaha KOMIRA berkembang sangat pesat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar ikan dalam negeri, melainkan juga pasar ekspor seperti ke China, Korea, Vietnam, Taiwan dan Singapura. Keikutsertaan KOMIRA dalam SLIN merupakan bukti suksesnya.
Bagi Yusuf, kunci sukses dalam berbisnis terletak pada reputasi personal: memiliki komitmen yang tinggi terhadap kualitas dan kuantitas, pengembangan jaringan usaha, dan pengembangan usaha yang terukur sesuai dengan kapasitas.
“Pengembangan usaha tidak bisa didasarkan pada ambisi, tetapi semuanya harus bisa dihitung berdasarkan kemampuan yang dimiliki,” paparnya.
*dikutip dari buku INDUSRI PENJAMINAN: Menatap Indonesia Gemilang oleh Diding S. Anwar