IMQ, Jakarta — Kementerian BUMN mengakui anjloknya laba bersih sektor asuransi hingga 9,26% menjadi Rp5 triliun pada prognosa 2010 disebabkan kinerja investasi PT Askrindo (Persero) yang belum optimal.
Hal ini diungkapkan Deputi Menteri BUMN bidang Jasa, Parikesit Suprapto di kantor Kementerian BUMN, Jumat (28/1). Ia menambahkan selain belum optimal, permasalahan lain datang dari rencana menggenjot Kredit Usaha Rakyat di mana pemerintah memberikan persetujuan untuk Askrindo dan PT Jamkrindo (Persero).
Sebelumnya, hingga kuartal ketiga tahun ini, penjaminan kredit Askrindo dan Perum Jamkrindo tercatat sebesar Rp22 triliun atau sekitar 90% dari total KUR yang telah digelontorkan perbankan sebesar Rp25 triliun. Penjaminan kredit tersebut telah melebihi kapasitas penjaminan yang dimiliki oleh Askrindo dan Perum Jamkrindo, yakni Rp 19,5 triliun, dari penyertaan modal yang diberikan pemerintah sebesar Rp 1,95 triliun di sepanjang tahun ini.
"Nah, porsi untuk Askrindo lebih banyak dari Jamkrindo jadi mengalami 'negatif spread," ujar Parikesit hari ini.
Belum lagi, lanjutnya Askrindo melakukan pencadangan dananya, sedangkan Jamkrindo ada syarat penjaminannya. "Secara pembukukan, Askrindo bebannya lebih berat sehingga rugi," paparnya.
Seharusnya, kemampuan penjaminan Askrindo Rp10,1 triliun dari penyertaan modal yang diperoleh Rp1,1 triliun, sementara Jamkrindo memiliki kapasitas Rp8,5 triliun dari penyertaan modal sebesar Rp850 miliar. "Ke depannya, kita akan sharing dengan Askrindo dan Jamkrindo supaya ada pembagian beban," pungkasnya.
sumber : imq21.com