JAKARTA (IFT) - Industri penjaminan membukukan perolehan laba bersih sebelum audit sebesar Rp 375,7 miliar sepanjang tahun 2011, meningkat 147% dari tahun 2010 sebesar Rp 151,84 miliar. Menurut data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, perolehan laba bersih didorong oleh peningkatan yang terjadi pada pendapatan imbal jasa penjaminan. Pada tahun 2011, total pendapatan imbal jasa penjaminan meningkat 53,01% menjadi Rp 783,28 miliar dari Rp 511,91 miliar pada tahun 2010.
Total pendapatan mencapai Rp 992,73 miliar pada akhir tahun 2011, naik 54,74%dibanding 2010 sebesar Rp 641,53 miliar. Data Bapepam-LK menyebutkan, total penjaminan yang dibukukan industri mencapai Rp 72,97 triliun sampai akhir tahun 2011, naik 9,61% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 66,56 triliun. Dari data tersebut, penjaminan usaha non-produktif masih memberikan kontribusi terbesar bagi industri penjaminan. Namun, nilai penjaminan untuk usaha penjaminan non-produktif turun 2,28% menjadi Rp 49,56 triliun, dari dari tahun 2010 sebesar Rp 50,72 triliun.
Untuk usaha penjaminan produktif meningkat 47,72% menjadi Rp 23,4 triliun pada tahun 2011, dari Rp 15,84 triliun dari tahun 2010. Penjaminan KUR Nahid Hudaya, Direktur Utama Perusahaan Umum Penjaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo), sebelumnya mengatakan kenaikan laba yang signifikan pada 2011 disebabkan kegiatan penjaminan yang cukup banyak. Total penjaminan yang dilakukan perusahaan mencapai Rp 54,33 triliun hingga akhir 2011, meningkat 60,02% dari Rp 33,95 triliun pada 2010. Penjaminan kredit komersial pada 2011 meningkat 23,96% menjadi Rp 34,09 triliun dari 2010 sebesar Rp 27,5 triliun. Penjaminan yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah penjaminan Kredit Uaha Rakyat (KUR), yang merupakan salah satu program pemerintah. Penjaminan KUR Jamkrindo selama 2011 mencapai Rp 20,24 triliun sepanjang tahun 2011, meningkat 213,79% dari Rp 6,45 triliun pada akhir tahun 2010. "Kegiatan penjaminan KUR ini lebih tinggi dari target pemerintah sebesar Rp 20 triliun pada 2011. Tingginya penjaminan KUR ini karena bank-bank penyalur lebih agresif dalam mencari nasabah," kata Nahid.
Ketut Widiana, Direktur PT Jamkrida Bali Mandhara, mengatakan pertumbuhan laba bersih industri penjaminan didorong oleh pangsa pasar usaha penjaminan yang luas. Laba perseroan pada 2011 meningkat karena hasil investasi dari penempatan investasi sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 99 Tahun 2011. "Kami banyak mendapatkan keuntungan dari penempatan deposito yang dilakukan secara resiprokal. Hal lainnya adalah belum adanya klaim yang kami bayarkan pada tahun 2011, karena usaha yang kami lakukan termasuk baru dan sangat selektif dalam memilih peserta," kata Widiana. Andra Sapta, Kepala Bagian Penjaminan Bapepam-LK, mengatakan kenaikan laba industri penjaminan didukung oleh hasil investasi yang dihasilkan setiap perusahaan penjaminan. Namun, dia masih belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai jumlah pastinya dari hasil investasi tersebut karena belum melewati proses audit. "Adanya penambahan modal yang diterima oleh Perum Jamkrindo dari Pemerintah membuat mereka menempatkan dananya pada instrumen investasi. Penambahan modalnya mencapai Rp 1,2 triliun yang digunakan sebagai jaminan dari kegiatan kredit usaha rakyat yang ditetapkan pemerintah," ujar Andra. sumber : finance today