Presiden Joko Widodo mengajak seluruh pihak untuk berpikir optimis dalam menghadapi perekonomian negara di tengah kondisi global yang tak menentu. Demikian disampaikan Presiden di hadapan ratusan petinggi BUMN dalam acara pembukaan Executive Leadership Program (ELP) bagi Direksi BUMN di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017.
Kepala Negara mengawali arahannya dengan memaparkan prediksi dari berbagai pihak mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari semua prediksi tersebut, sebagian besar menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup baik dengan kisaran angka antara 5 hingga 5,5 persen. Maka, berdasarkan hal tersebut, tidak ada alasan bagi Kepala Negara untuk berlaku pesimis.
"Artinya apa? Di situ kita ini harusnya ada rasa optimis. Kemudian pendapatan negara di 2017 kita perkirakan akan muncul angka Rp1.750 triliun, belanja negara Rp2.080 triliun. Kalau masih ada yang pesimis, mau apa lagi? Untuk apa kerja kalau pesimis? Kerja itu harus optimis. Tapi optimisme yang realistis. Optimisme yang berpijak pada kondisi objektif," tegasnya.
Presiden kemudian melanjutkan, optimisme tersebut selayaknya juga dibarengi dengan peningkatan capaian. Seperti target investasi misalnya, ia menginginkan agar BUMN lebih berani dalam menetapkan target investasi.
"BUMN ini harus berani meningkatkan target investasi. Saya mendapat laporan tahun 2016 Rp285 triliun, 2017 targetnya Rp450 triliun, 2018 Rp700 triliun. Ini saya ikuti terus, jangan dipikir saya tidak ikuti," ujar Presiden.
Namun, yang paling penting ialah bahwa BUMN tidak boleh berpuas diri atas pencapaian selama ini. Kepala Negara meminta agar seluruh BUMN tidak terjebak pada rutinitas dan zona nyaman.
"Tapi yang paling penting, bagaimana kita mengantisipasi perubahan-perubahan tadi yang sangat cepat ini dengan cara-cara yang tidak linier, tidak rutinitas, dan tidak monoton. Apalagi senang dengan zona nyaman. Ya sudah, habis kita kalau masih seperti itu, apalagi BUMN sebagai entitas bisnis," tandasnya.
Untuk itu, salah satu modal utama yang harus direngkuh dan dimiliki seperti kemampuan beradaptasi dengan dunia digital mutlak dikuasai. Sebab, di berbagai belahan dunia manapun, pemanfaatan perkembangan teknologi informasi merupakan suatu keniscayaan.
"Oleh sebab itu, saya ingin menyampaikan bahwa yang namanya transformasi menuju dunia digital itu harus di semua BUMN. Kalau tidak ikuti ini, akan habis kita. Karena kalah kecepatan dan pelayanan," ucap Presiden.
Selain itu, riset dan pengembangan yang dilakukan oleh BUMN juga disinggung Presiden. Dengan riset dan pengembangan yang baik, Kepala Negara berharap agar seluruh BUMN mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang sangat cepat.
"Contoh di minyak dan gas, kita masih berkutat kepada batu bara misalnya. Di Amerika sudah ketemu shale gas, shale oil. Tapi belum itu urusan energi kita pahami, muncul lagi yang lain. Perubahan-perubahan seperti ini kalau BUMN tidak mempunyai R&D (riset dan pengembangan) yang baik ya kita masih berkutat dengan rutinitas setiap hari. Orang lain sudah kemana-mana. Sekali lagi tinggalkan yang namanya zona nyaman," tegasnya. (*)
Jakarta, 25 Januari 2017
Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Negara