PT Jamkrindo menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tahun 2021 yang dihadiri unsur pimpinan dari seluruh Indonesia. Di tengah pandemi Covid-19, Rakornas digelar secara daring dengan tema “Tuning and Consolidating Business to Maintain Sustainable Performance.”
Setelah hampir satu tahun masyarakat dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang melemahkan perekonomian, di tahun 2021 belum ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Namun kehidupan harus terus berjalan. Roda ekonomi harus tetap melaju. Mau tidak mau masyarakat dituntut untuk beradaptasi dan berdampingan dengan Covid-19.
Untuk menghadapi tantangan baru di era new normal ini, dibutuhkan usaha strategis untuk bertahan dan mengembalikan semangat baru yang sempat terpuruk di tahun 2020. Itu pula yang dilakukan oleh PT Jamkrindo. Perusahaan milik negara yang bergerak di bidang penjaminan ini mulai mengatur strategi baru dalam menghadapi tahun 2021 yang penuh ketidakpastian. Salah satunya dengan melakukan perubahan.
“Tidak akan ada pertumbuhan tanpa perubahan. Untuk menumbuhkan perusahaan maka diperlukan perubahan. Serta melakukan transformasi bisnis dan diikuti dengan transformasi budaya kerja. Khusus bagi BUMN, budaya kerja dapat dilakukan melalui core value AKHLAK yang sudah menajdi pedoman perusahaan,” kata Sri Mulyanto, Komisaris Utama PT Jamkrindo dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tahun 2021 yang digelar secara daring, 1-2 Februari 2021.
Mengutip John Kotter, Profesor Harvard Business School, sekitar 70% transformasi bisnis perusahaan mengalami kegagalan karena hanya menggunakan “Head without Heart”. Kegagalan transformasi terjadi karena hanya fokus pada transformasi bisnis saja tanpa diikuti transformasi budaya kerja.
Sri Mulyanto melanjutkan, disisi lain ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan tidak mampu meningkatkan kinerjanya. Antara lain perusahaan terjebak dalam comfort zone (alias enggan berubah), bekerja berdasarkan kebiasaan dan kompetensi belum menjadi acuan utama, adanya “entropi budaya,” energi terbuang untuk hal yang tidak produktif.
“Selain itu pekerja bersikap apatis terhadap hal yang terjadi di perusahaan, atasan belum menjadi role model yang baik bagi bawahan, tidak care terhadap penyimpangan kecil di perusahaan, serta reward & punishment belum efektif dilakukan,” papar Sri Mulyanto.
Ia menyampaikan, tidak bisa dipungkiri bisnis tengah dihadapkan pada perubahan yang kompleks terutama di tengah pandemi Covid-19. “Oleh karena itu agar sukses menghadapi perubahan yang kompleks, suatu organisasi atau perusahaan harus memiliki 5 hal yaitu vision, skills, incentives, resources, & action plan,” paparnya.
Sri Mulyanto menjelaskan, manajemen kompleks change itu perusahan harus melakukan visi ditambah skills, insentif, resource dan ditambah action plans. Maka hasilnya akan menjadi suatu perubahan. Jika perusahaan menerapkan skills ditambah insentif ditambah resources dan action plans yang terjadi hanyalah sebuah kebingungan. Sementara visi ditambah insentif, resources dan action plans hasilnya akan menimbulkan sebuah keresahan.
“JIka perusahaan hanya melakukan visi ditambah skills, ditambah resources dan action plans sama saja itu dengan sebuah perlawanan. Semenatra visi ditambah skills, insentif ditambah action plans maka hasilnya frustasi. Visi ditambah skills, ditambah insentif dan resource sama saja itu sebuah awal yang buruk,” papar Sri Mulyanto.
Untuk menjawab tantangan 2021 yang serba abu-abu akibat pandemi, PT Jamkrindo sudah mempersiapkan room of improvement yaitu optimalisasi gearing ratio, kompetensi SDM & manajemen talenta, pengendalian klaim, pemanfaatan teknologi informasi, pendapatan subrogasi dan kinerja anak perusahaan (penjaminan syariah).
“Optimalisasi gearing ratio PT Jamkrindo diantaranya penambahan modal sebesar Rp 3 triliun dari pemegang saham, dukungan pelaksanaan penjaminan Program PEN, peningkatan plafond penyaluran KUR menjadi Rp 253 triliun,” papar Sri Mulyanto.
Sementara itu kompetensi SDM dan manajemen talenta adalah jumlah karyawan milenial mulai ditingkatkan dan saat ini sudah mencapai 80%, peningkatan talent management dan kolaborasi dengan holding.
Improvement pengendalian klaim, bisnis penjaminan “deal” dengan bisnis yang bersifat “marginal,” pengembalian Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Risiko (SIMR), seluruh risiko yang akan terjadi diidentifikasi, diukur, dimitigasi secara terstruktur dan berkelanjutan. Kemudian melakukan improvement pemanfaatan teknologi informasi yaitu meningkatkan otomatisasi proses bisnis dan integrasi aplikasi, peningkatan tata kelola TI (IT maturity level) & SDM pengelola, dan melakukan kolaborasi dengan holding (infrastruktur & program kerja).
Selain itu, Jamkrindo berupaya meningkatkan kinerja anak perusahaan (Jamkrindo Syariah) dimana saat ini kontribusinya masih kecil yaitu IJP Bersih di angka 6,4%, dan total aset 7,8%.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyanto menyampaikan rumus sukses dalam bekerja yang harus dilakukan oleh PT Jamkrindo melalui strategi AS yaitu, kerja antusi-AS, kerja cerd-AS, kerja kualit-AS, kerja ikhl-AS dan kerja tunt-AS.
Komisaris Utama juga menyampaikan saran serta pesan dari seluruh anggota Dewan Komisaris untuk pelaksanaan RKAP 2021. Ia menyampaikan perlu dilakukan komitmen bersama dan kerja keras seluruh jajaran perusahaan untuk merealisasikan target RKAP dengan upaya terbaik (best effort). Memiliki rencana antisipasi (contingency plan) sehingga apabila terjadi perubahan asumsi dan kondisi bisnis, target RKAP tetap dapat tercapai.
“Target RKAP dan KPI agar dilakukan cascading & deployment sampai level bawah, seluruh unit kerja dan anak perusahaan, serta monitoring evaluasi kinerja bulanan secara komprehensif. Selain itu peran sebagai lembaga penjaminan harus terus dioptimalkan, khususnya dalam rangka mendukung kebijakan Program PEN untuk penanganan dampak pandemi Covid-19,” ucapnya. (*)